Baca Juga
Anggota Satlantas Jakarta Timur Aiptu Sunaryanto menggagalkan aksi penodongan dan penyanderaan penumpang angkot KWK-T25 (Rawamangun-Pulogebang) di Jl I Gusti Ngurah Rai, Jakarta Timur. benar-benar seperti drama dalam film. Apalagi, pelaku penodongan, Hermawan (28), cukup nekat.
Selain itu, yang disandera adalah seorang ibu yang sedang menggendong anaknya yang masih balita. Hermawan tak mau melepaskan sedikit pun Ibu Risma yang menjadi sanderanya, juga anak Risma, Dafa Ibnu Hafiz.
Bahkan, Hermawan sempat menekan pisau lebih keras ke leher Risma. Drama makin menegangkan itu terjadi, setelah salah satu penumpang, Isnawati, berhasil lolos dan keluar dari angkot.
Isnawati sempat menyerahkan handphone, tapi rupanya Hermawan belum puas dan masih memina dompetnya. "Udah lu jangan banyak omong, kata dia gitu. Saya sahutin, lu mau ambil barang gua semua ya udah bunuh gua sekalian, bunuh aja, bunuh gua'," tantang Isnawati.
Isnawati lalu berteriak meminta tolong dan penodong panik, hingga akhirnya Isnawati berhasil meloloskan diri. Namun tidak dengan Risma dan anaknya. Mereka justru menjadi senjata Hermawan untuk memaksa agar massa yang datang saat itu tidak menangkapnya.
Dalam kondisi seperti itu, datanglah polisi lalu-lintas, Aiptu Sunaryanto. Ia mencoba bernegosiasi, tapi keadaan tidak serta merta membaik. Justru sebaliknya, Hermawan semakin kalap dan terus menodongkan pisau ke leher Risma.
Risma hanya bisa terdiam dan ketakutan, sambil memeluk putranya. Sunaryanto mencoba menenangkan pelaku agar tidak melukai korban, namun dibalas dengan cacian.
"Polisi t** lu," maki Hermawan.
Sunaryanto berusaha bersabar dan mencoba mencari celah dan menunggu kelengahan pelaku. Sebab, sangat sulit bertindak dalam keadaan seperti itu, seperti buah simalakama. Jika dia gegabah, Risma atau anaknya bisa menjadi korban.
Jika tak segera bertindak, maka juga bisa mendatangkan risiko yang sama. Di saat itu, pelaku berteriak dan menyuruh sopir untuk segera pergi. Sempat kesal, penodong menekankan pisau ke leher Risma hingga terluka.
Suasana pun makin tegang dan warga ketakutan.
"Jangan....jangan...jangan!" cegah warga saat melihat pelaku hendak menusuk leher Risma.
Suharyanto mencoba mengajak pelaku berkomunikasi dan bernegosiasi cukup lama. Akhirnya, Hermawan lengah juga. Setelah tangannya agak mengendur, Sunaryanto menarik pistolnya dan menembak tangan kanan Hermawan.
Keputusan cepat yang berani, karena sangat berisiko jika tidak akurat. Suharyanto seperti dipojokkan untuk membuat keputusan di antara hidup dan mati dan dia mengambil keputusan yang benar. Doorrrr....., tembakan Suharyanto itu tepat sasaran, mengenai tangan kanan Hermawan yang memegang pisau.
Padahal, tangan Hermawan itulah yang digunakan untuk menodong dan posisinya sangat dekat dengan kepala Risma dan anaknya.
Beruntung, tindakan Aiptu Suharyanto sangat akurat di saat yang tepat. Hermawan tak berdaya dan Suharyanto langsung meringkusnya. Drama menegangkan itu berakhir sudah dengan hasil yang memuaskan.
Risma dan anaknya selamat. hanya luka kecil di leher dan tangan Risma.Sedangkan pelaku langsung diamankan ke Polsubsektor Klender agar tak diamuk massa.
Selain itu, yang disandera adalah seorang ibu yang sedang menggendong anaknya yang masih balita. Hermawan tak mau melepaskan sedikit pun Ibu Risma yang menjadi sanderanya, juga anak Risma, Dafa Ibnu Hafiz.
Bahkan, Hermawan sempat menekan pisau lebih keras ke leher Risma. Drama makin menegangkan itu terjadi, setelah salah satu penumpang, Isnawati, berhasil lolos dan keluar dari angkot.
Isnawati sempat menyerahkan handphone, tapi rupanya Hermawan belum puas dan masih memina dompetnya. "Udah lu jangan banyak omong, kata dia gitu. Saya sahutin, lu mau ambil barang gua semua ya udah bunuh gua sekalian, bunuh aja, bunuh gua'," tantang Isnawati.
Isnawati lalu berteriak meminta tolong dan penodong panik, hingga akhirnya Isnawati berhasil meloloskan diri. Namun tidak dengan Risma dan anaknya. Mereka justru menjadi senjata Hermawan untuk memaksa agar massa yang datang saat itu tidak menangkapnya.
Dalam kondisi seperti itu, datanglah polisi lalu-lintas, Aiptu Sunaryanto. Ia mencoba bernegosiasi, tapi keadaan tidak serta merta membaik. Justru sebaliknya, Hermawan semakin kalap dan terus menodongkan pisau ke leher Risma.
Risma hanya bisa terdiam dan ketakutan, sambil memeluk putranya. Sunaryanto mencoba menenangkan pelaku agar tidak melukai korban, namun dibalas dengan cacian.
"Polisi t** lu," maki Hermawan.
Sunaryanto berusaha bersabar dan mencoba mencari celah dan menunggu kelengahan pelaku. Sebab, sangat sulit bertindak dalam keadaan seperti itu, seperti buah simalakama. Jika dia gegabah, Risma atau anaknya bisa menjadi korban.
Jika tak segera bertindak, maka juga bisa mendatangkan risiko yang sama. Di saat itu, pelaku berteriak dan menyuruh sopir untuk segera pergi. Sempat kesal, penodong menekankan pisau ke leher Risma hingga terluka.
Suasana pun makin tegang dan warga ketakutan.
"Jangan....jangan...jangan!" cegah warga saat melihat pelaku hendak menusuk leher Risma.
Suharyanto mencoba mengajak pelaku berkomunikasi dan bernegosiasi cukup lama. Akhirnya, Hermawan lengah juga. Setelah tangannya agak mengendur, Sunaryanto menarik pistolnya dan menembak tangan kanan Hermawan.
Keputusan cepat yang berani, karena sangat berisiko jika tidak akurat. Suharyanto seperti dipojokkan untuk membuat keputusan di antara hidup dan mati dan dia mengambil keputusan yang benar. Doorrrr....., tembakan Suharyanto itu tepat sasaran, mengenai tangan kanan Hermawan yang memegang pisau.
Padahal, tangan Hermawan itulah yang digunakan untuk menodong dan posisinya sangat dekat dengan kepala Risma dan anaknya.
Beruntung, tindakan Aiptu Suharyanto sangat akurat di saat yang tepat. Hermawan tak berdaya dan Suharyanto langsung meringkusnya. Drama menegangkan itu berakhir sudah dengan hasil yang memuaskan.
Risma dan anaknya selamat. hanya luka kecil di leher dan tangan Risma.Sedangkan pelaku langsung diamankan ke Polsubsektor Klender agar tak diamuk massa.
Aksi Heroik Aiptu Sunaryanto Lumpuhkan Penodong Ibu dan Anak di Angkot
4/
5
Oleh
Unknown