Baca Juga
Beberapa orang dokter yang tersisa di kota Aleppo timur, Suriah yang terkepung menulis surat terbuka kepada Presiden AS Barack Obama mendesak agar dia melakukan intervensi. Belasan dokter ini mendesak Gedung Putih untuk membuka “garis hidup” permanen ke Aleppo. ”Kami tidak perlu tangisan atau simpati atau bahkan doa, kami perlu tindakan Anda. Buktikan bahwa Anda adalah teman Suriah,” bunyi surat petisi 29 dokter di Aleppo untuk Presiden Obama.
Menurut mereka, jika serangan terhadap perusahaan medis terus meningkat, maka tidak akan ada rumah sakit yang tersisa di kota Aleppo dalam sebulan.
Kota itu kini dikepung pasukan pemerintah Suriah sementara pasukan pemberontak berusaha keras untuk mempertahankan kota terbesar kedua di Suriah tersebut.
Surat yang ditandatangani 29 dokter terakhir di Aleppo itu juga meminta aksi internasional untuk memastikan agar Aleppo dibebaskan dari pengepungan.
Bagaimana isi surat itu?
" Bapak Presiden Obama yang terhormat,
Kami adalah 29 orang dokter terakhir yang melayani 300.000 warga di sisi timur kota Aleppo, Suriah.
Pasukan pemerintah kini tengah berusaha untuk mengepung dan memblokade seluruh sisi timur kota.
Kekalahan pasukan pemerintah berarti pasokan makanan bisa masuk ke sisi timur Aleppo untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan.
Pengepungan, untuk sementara dicabut, tetapi pencabutan ini bukan hasil dari diplomasi. Hidup mati kami sangat tergantung dari pasang surut di medan pertempuran.
Selama lima tahun, setiap hari kami menghadapi ancaman kematian yang datang dari atas. Namun, kini ancaman kematian itu datang dari segala penjuru.
Selama lima tahun, kami menyaksikan para pasien, teman dan kolega kami mengalami penderitaan dan siksaan sebelum kematian menjemput mereka.
Selama lima tahun, dunia diam dan hanya berkata situasi di Suriah sangat rumit, dan hampir tak melakukan apapun bagi kami.
Tawaran terbaru terkait evakuasi yang datang dari pemerintah dan pasukan Rusia lebih menyerupai ancaman tersamar terhadap penduduk.
Tawaran itu seperti mengatakan kepada penduduk jika tidak pergi sekarang maka hadapilah nasib kalian.
Bulan lalu, terjadi 42 serangan terhadap fasilitas medis di Suriah, 15 serangan terjadi di rumah-rumah sakit tempat kami bekerja.
Saat ini, serangan terhadap fasilitas medis terjadi setiap 17 jam. Dengan situasi ini, layanan medis di Aleppo akan sama sekali hancur dalam sebulan dan 300.000 orang dipastikan akan mati.
Hal yang paling menyakitkan bagi kami para dokter adalah memilih siapa yang harus mati dan siapa yang diberi kesempatan hidup.
Anak-anak terkadang dibawa ke ruang UGD dengan luka yang sangat parah sehingga kami harus mendahulukan pasien yang memiliki harapan hidup lebih besar.
Kami juga terpaksa membiarkan mereka mati karena memang tak memiliki cukup peralatan untuk menolong mereka.
Dua pekan lalu, empat bayi yang baru lahir meninggal dunia setelah sebuah ledakan memutus aliran oksigen ke inkubator mereka.
Mereka tak bisa bernafas dan akhirnya meninggal dunia sebelum mereka benar-benar menjalani kehidupan.
Meski harus menghadapi kengerian, kami memilih bertahan di sini. Kami bersumpah untuk terus membantu mereka yang membutuhkan.
Dedikasi kami terhadap sumpah ini sangat teguh. Beberapa dari kami sedang mengunjungi keluarga saat mendengar kota ini sedang dikepung.
Kami pun bergegas kembali ke Aleppo, beberapa dari kami datang dengan berjalan kaki karena kondisi di jalan raya sangat berbahaya.
Kami menempuh itu semua karena tanpa kami akan lebih banyak teman-teman dan tetangga kami yang tewas. Kami memiliki kewajiban untuk tinggal dan membantu.
Bapak Presiden, kami meminta Anda melakukan tugas Anda.
Tanpa jalur permanen ke Aleppo yang terus dibuka, hanya masalah waktu hingga kami terkepung kembali, kami kelaparan lagi dan pasokan ke rumah sakit menipis.
Kami tak perlu menceritakan kepada Anda bahwa pemerintah Suriah dan Rusia melakukan kejahatan perang dengan secara sistematis menjadikan rumah sakit sebagai sasaran tembak.
Kami tak perlu menceritakan kepada Anda bahwa pasukan pemerintah dan Rusia melakukan kejahatan di Aleppo.
Kami tak membutuhkan air mata atau simpati atau bahkan doa. Kami sangat membutuhkan sebuah zona yang aman dari pengeboman di wilyah timur Aleppo dan aksi internasional untuk memastikan agar Aleppo tak pernah dikepung lagi.
Menurut mereka, jika serangan terhadap perusahaan medis terus meningkat, maka tidak akan ada rumah sakit yang tersisa di kota Aleppo dalam sebulan.
Kota itu kini dikepung pasukan pemerintah Suriah sementara pasukan pemberontak berusaha keras untuk mempertahankan kota terbesar kedua di Suriah tersebut.
Surat yang ditandatangani 29 dokter terakhir di Aleppo itu juga meminta aksi internasional untuk memastikan agar Aleppo dibebaskan dari pengepungan.
Bagaimana isi surat itu?
" Bapak Presiden Obama yang terhormat,
Kami adalah 29 orang dokter terakhir yang melayani 300.000 warga di sisi timur kota Aleppo, Suriah.
Pasukan pemerintah kini tengah berusaha untuk mengepung dan memblokade seluruh sisi timur kota.
Kekalahan pasukan pemerintah berarti pasokan makanan bisa masuk ke sisi timur Aleppo untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan.
Pengepungan, untuk sementara dicabut, tetapi pencabutan ini bukan hasil dari diplomasi. Hidup mati kami sangat tergantung dari pasang surut di medan pertempuran.
Selama lima tahun, setiap hari kami menghadapi ancaman kematian yang datang dari atas. Namun, kini ancaman kematian itu datang dari segala penjuru.
Selama lima tahun, kami menyaksikan para pasien, teman dan kolega kami mengalami penderitaan dan siksaan sebelum kematian menjemput mereka.
Selama lima tahun, dunia diam dan hanya berkata situasi di Suriah sangat rumit, dan hampir tak melakukan apapun bagi kami.
Tawaran terbaru terkait evakuasi yang datang dari pemerintah dan pasukan Rusia lebih menyerupai ancaman tersamar terhadap penduduk.
Tawaran itu seperti mengatakan kepada penduduk jika tidak pergi sekarang maka hadapilah nasib kalian.
Bulan lalu, terjadi 42 serangan terhadap fasilitas medis di Suriah, 15 serangan terjadi di rumah-rumah sakit tempat kami bekerja.
Saat ini, serangan terhadap fasilitas medis terjadi setiap 17 jam. Dengan situasi ini, layanan medis di Aleppo akan sama sekali hancur dalam sebulan dan 300.000 orang dipastikan akan mati.
Hal yang paling menyakitkan bagi kami para dokter adalah memilih siapa yang harus mati dan siapa yang diberi kesempatan hidup.
Anak-anak terkadang dibawa ke ruang UGD dengan luka yang sangat parah sehingga kami harus mendahulukan pasien yang memiliki harapan hidup lebih besar.
Kami juga terpaksa membiarkan mereka mati karena memang tak memiliki cukup peralatan untuk menolong mereka.
Dua pekan lalu, empat bayi yang baru lahir meninggal dunia setelah sebuah ledakan memutus aliran oksigen ke inkubator mereka.
Mereka tak bisa bernafas dan akhirnya meninggal dunia sebelum mereka benar-benar menjalani kehidupan.
Meski harus menghadapi kengerian, kami memilih bertahan di sini. Kami bersumpah untuk terus membantu mereka yang membutuhkan.
Dedikasi kami terhadap sumpah ini sangat teguh. Beberapa dari kami sedang mengunjungi keluarga saat mendengar kota ini sedang dikepung.
Kami pun bergegas kembali ke Aleppo, beberapa dari kami datang dengan berjalan kaki karena kondisi di jalan raya sangat berbahaya.
Kami menempuh itu semua karena tanpa kami akan lebih banyak teman-teman dan tetangga kami yang tewas. Kami memiliki kewajiban untuk tinggal dan membantu.
Bapak Presiden, kami meminta Anda melakukan tugas Anda.
Tanpa jalur permanen ke Aleppo yang terus dibuka, hanya masalah waktu hingga kami terkepung kembali, kami kelaparan lagi dan pasokan ke rumah sakit menipis.
Kami tak perlu menceritakan kepada Anda bahwa pemerintah Suriah dan Rusia melakukan kejahatan perang dengan secara sistematis menjadikan rumah sakit sebagai sasaran tembak.
Kami tak perlu menceritakan kepada Anda bahwa pasukan pemerintah dan Rusia melakukan kejahatan di Aleppo.
Kami tak membutuhkan air mata atau simpati atau bahkan doa. Kami sangat membutuhkan sebuah zona yang aman dari pengeboman di wilyah timur Aleppo dan aksi internasional untuk memastikan agar Aleppo tak pernah dikepung lagi.
Petisi 29 Dokter Tersisa Di Aleppo Kirim Surat Ke Presiden Barack Obama
4/
5
Oleh
Unknown