Baca Juga
Pemerintah di India khususnya pemerintahan di kota Agra mengeluarkan pengumuman agar setiap wanita baik wanita India atau turis yang datang ke sana tak memakai rok. Mengenai larangan memakai rok ini sendiri dilakukan dengan alasan yang baik kok. Larangan ini juga dilakukan agar setiap wanita yang ada di sana tetap berada dalam kondisi aman serta nyaman. Larangan ini juga dilakukan agar para wanita di sana selamat dari aksi pemerkosaan maupun aksi kriminal lainnya.
ari laporan yang ada, sejak beberapa waktu terakhir angka pemerkosaan di India khususnya di kota-kota kecil atau negara bagian terus meningkat. Tak hanya penduduk lokal yang jadi korban, para wisatawan atau turis asing yang datang ke sana pun tak luput dari aksi keji ini. Biasanya, para pelaku pemerkosaan akan melakukan aksinya pada wanita yang memakai rok dan berjalan sendiri saat malam hari.
Mahesh Sharma, kepala keamanan kawasan wisata di kota Agra mengatakan, "Kami memberlakukan larangan memakai rok agar wanita selamat dari aksi pemerkosaan. Dengan mencegah turis memakai busana minim dan rok mini juga sejenisnya, diharapkan ini mampu memperkecil angka pemerkosaan yang ada. Tak hanya demi keselamatan dan keamanan para turis asing yang datang, ini juga demi keselamatan semua wanita yang ada di sini."
Menteri Pariwisata India Mahesh Sharma dikritik setelah menyarankan wisatawan asing untuk tidak memakai rok saat berkunjung di negara itu. Kata dia, anjuran ini ada dalam daftar anjuran dan larangan yang diberikan kepada wisatawan saat tiba di bandara.
Dalam daftar itu disebutkan “Beberapa bagian dari India, terutama kota-kota kecil dan desa-desa, masih menganut gaya berpakaian tradisional. Cari infomasi soal adat istiadat dan tradisi atau pihak berwenang setempat sebelum mengunjungi tempat-tempat seperti itu.”
Ketika ditanya oleh para jurnalis apakah Menteri Sharma menyarankan cara berpakaian bagi turis perempuan, dia mengatakan India adalah “negara berbudaya” dan “kami punya cara berpakaian yang berbeda saat di kuil. Mohon ini diingat saat memilih pakaian”.
"Saya berbicara tentang tempat religius, seperti kuil. Saya tidak mengatur apa yang perempuan boleh atau tak boleh kenakan. Saya adalah ayah dari dua putri. Saya tidak bisa melarang apa yang perempuan ingin pakai.”
“Larangan seperti itu tak bisa dibayangkan, namun waspada bukanlah hal yang buruk,” imbuh dia. “Negara-negara lain mengeluarkan pengumuman resmi dari waktu ke waktu, namun saya tak pernah bilang harus mengubah cara orang berbusana.”
Meski menteri itu telah membela diri, banyak masyarakat India yang mengkritiknya di dunia maya.
“Mahesh Sharma pulang saja dan bikin sandwich. Jangan mendikte perempuan di bawah selubung budaya India,” cuit pemilik akun Twitter “SheSays”.
“Apakah kamu tidak sama saja dengan Taliban? Mereka juga ingin mengontrol apa yang harus dipakai, apa yang boleh dimakan?” tanya Rajesh Sharma dari partai oposisi Aam Aadmi.
Sharma kerap dikritik atas komentar kontroversial soal perempuan di masa lampau.
Meski sudah mengklarifikasi pernyataannya, tak pelak komentar Menteri Sharma ini mendapat beragam tanggapan dari masyarakat termasuk dari lawan politiknya.
Ranjana Kumari, Direktur Pusat Penelitian Sosial berbasis di Delhi menyebut penyataan Menteri Sharma ini sangat bodoh dan tidak dipertimbangkan dengan baik. Menurutnya Menteri Sharma tidak menyadari implikasi dari pernyataan yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Kumari mengatakan pernyataan sang menteri mencerminkan ‘sindrom menyalahkan perempuan’ untuk apa yang mereka kenakan dan di mana mereka berada.
Daftar anjuran dan larangan itu dikhususkan untuk turis perempuan dan diperkenalkan tahun lalu. Ini merupakan salah satu dari rangkaian langkah-langkah yang diperkenalkan untuk mengatasi menurunnya angka turis perempuan pasca pemerkosaan beramai-ramai dan pembunuhan seorang mahasiswi kedokteran Delhi pada 2012, dan sejumlah serangan terhadap turis perempuan pasca kejadian itu.
Kasus penyerangan terbaru terhadap turis perempuan dialami perempuan berkebangsaan Israel diperkosa sekelompok pria di sebuah resor Himalaya di kota Manali, Juli lalu.
Statistik kejahatan nasional menunjukkan 92 perempuan diperkosa setiap hari di India, terutama di daerah pedesaan. Tapi angka ini belum meliputi pelecehan dan kekerasan yang dialami perempuan di jalanan yang menurut sebuah survei baru-baru ini dialami 79 persen perempuan India.
Nyaris empat tahun setelah pemerkosaan Nirbhaya, murid kedokteran berusia 23 tahun, di sebuah bis yang tengah melaju membuat hukum antiperkosaan, kekerasan seksual terhadap perempuan terus menjadi isu hangat di India.
Dari kasus 100 pemerkosa dilaporkan setiap hari, namun hanya satu dari empat kasus yang dihukum.
ari laporan yang ada, sejak beberapa waktu terakhir angka pemerkosaan di India khususnya di kota-kota kecil atau negara bagian terus meningkat. Tak hanya penduduk lokal yang jadi korban, para wisatawan atau turis asing yang datang ke sana pun tak luput dari aksi keji ini. Biasanya, para pelaku pemerkosaan akan melakukan aksinya pada wanita yang memakai rok dan berjalan sendiri saat malam hari.
Mahesh Sharma, kepala keamanan kawasan wisata di kota Agra mengatakan, "Kami memberlakukan larangan memakai rok agar wanita selamat dari aksi pemerkosaan. Dengan mencegah turis memakai busana minim dan rok mini juga sejenisnya, diharapkan ini mampu memperkecil angka pemerkosaan yang ada. Tak hanya demi keselamatan dan keamanan para turis asing yang datang, ini juga demi keselamatan semua wanita yang ada di sini."
Menteri Pariwisata India Mahesh Sharma dikritik setelah menyarankan wisatawan asing untuk tidak memakai rok saat berkunjung di negara itu. Kata dia, anjuran ini ada dalam daftar anjuran dan larangan yang diberikan kepada wisatawan saat tiba di bandara.
Dalam daftar itu disebutkan “Beberapa bagian dari India, terutama kota-kota kecil dan desa-desa, masih menganut gaya berpakaian tradisional. Cari infomasi soal adat istiadat dan tradisi atau pihak berwenang setempat sebelum mengunjungi tempat-tempat seperti itu.”
Ketika ditanya oleh para jurnalis apakah Menteri Sharma menyarankan cara berpakaian bagi turis perempuan, dia mengatakan India adalah “negara berbudaya” dan “kami punya cara berpakaian yang berbeda saat di kuil. Mohon ini diingat saat memilih pakaian”.
"Saya berbicara tentang tempat religius, seperti kuil. Saya tidak mengatur apa yang perempuan boleh atau tak boleh kenakan. Saya adalah ayah dari dua putri. Saya tidak bisa melarang apa yang perempuan ingin pakai.”
“Larangan seperti itu tak bisa dibayangkan, namun waspada bukanlah hal yang buruk,” imbuh dia. “Negara-negara lain mengeluarkan pengumuman resmi dari waktu ke waktu, namun saya tak pernah bilang harus mengubah cara orang berbusana.”
Meski menteri itu telah membela diri, banyak masyarakat India yang mengkritiknya di dunia maya.
“Mahesh Sharma pulang saja dan bikin sandwich. Jangan mendikte perempuan di bawah selubung budaya India,” cuit pemilik akun Twitter “SheSays”.
“Apakah kamu tidak sama saja dengan Taliban? Mereka juga ingin mengontrol apa yang harus dipakai, apa yang boleh dimakan?” tanya Rajesh Sharma dari partai oposisi Aam Aadmi.
Sharma kerap dikritik atas komentar kontroversial soal perempuan di masa lampau.
Meski sudah mengklarifikasi pernyataannya, tak pelak komentar Menteri Sharma ini mendapat beragam tanggapan dari masyarakat termasuk dari lawan politiknya.
Ranjana Kumari, Direktur Pusat Penelitian Sosial berbasis di Delhi menyebut penyataan Menteri Sharma ini sangat bodoh dan tidak dipertimbangkan dengan baik. Menurutnya Menteri Sharma tidak menyadari implikasi dari pernyataan yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Kumari mengatakan pernyataan sang menteri mencerminkan ‘sindrom menyalahkan perempuan’ untuk apa yang mereka kenakan dan di mana mereka berada.
Daftar anjuran dan larangan itu dikhususkan untuk turis perempuan dan diperkenalkan tahun lalu. Ini merupakan salah satu dari rangkaian langkah-langkah yang diperkenalkan untuk mengatasi menurunnya angka turis perempuan pasca pemerkosaan beramai-ramai dan pembunuhan seorang mahasiswi kedokteran Delhi pada 2012, dan sejumlah serangan terhadap turis perempuan pasca kejadian itu.
Kasus penyerangan terbaru terhadap turis perempuan dialami perempuan berkebangsaan Israel diperkosa sekelompok pria di sebuah resor Himalaya di kota Manali, Juli lalu.
Statistik kejahatan nasional menunjukkan 92 perempuan diperkosa setiap hari di India, terutama di daerah pedesaan. Tapi angka ini belum meliputi pelecehan dan kekerasan yang dialami perempuan di jalanan yang menurut sebuah survei baru-baru ini dialami 79 persen perempuan India.
Nyaris empat tahun setelah pemerkosaan Nirbhaya, murid kedokteran berusia 23 tahun, di sebuah bis yang tengah melaju membuat hukum antiperkosaan, kekerasan seksual terhadap perempuan terus menjadi isu hangat di India.
Dari kasus 100 pemerkosa dilaporkan setiap hari, namun hanya satu dari empat kasus yang dihukum.
Larangan Memakai Rok untuk turis datang ke India,Menteri India dikritik pedas.
4/
5
Oleh
Unknown