Tiga Anaknya Tewas Terpanggang Dalam Posisi Berpelukan Saat Ibunya Pergi Salat Zuhur

Tiga Anaknya Tewas Terpanggang Dalam Posisi Berpelukan Saat Ibunya Pergi Salat Zuhur

Baca Juga

Kejadian yang menimpa ibu Ana Istianingsih Desa Suwaluh, Balongbendo saat dirinya Pergi untuk salat Zuhur dan meninggalkan tiga anaknya, begitu terkejutnya saat dia tiba kembali ke rumahnya yang telah ludes dilalap api. Yang lebih memprihatinkan lagi, tiga anaknya yang masih balita ikut tewas terbakar.

Pada siang itu Cuaca memang sangat terik, Senin (29/8/2016)di Desa Suwaluh, Balongbendo. Tepat tengah hari, Ana bersiap salat Zuhur di desa setempat, di Masjid Al Huda. Sebelum salat, Ana memasak air terlebih dahulu.

Setelah menyalakan kompor pawon (dapur), Ana bersiap pergi ke masjid. Tiga anaknya, M Faris (5), Abdan Sykuro (3), Abdul Rohman (2), tengah tidur di kamar depan. Ana mengunci rumahnya sebelum berangkat.

Masjid tersebut terletak sekitar 100 meter di belakang rumahnya. Ana menjalankan ibadah dengan khusyuk sekitar 30 menit. Namun yang tak diketahuinya, ternyata rumahnya tengah terbakar. Bahkan, ketiga anaknya tewas terbakar.

Peristiwa kebakaran ini pertama kali diketahui tetangga, Irfan. Saat itu, Irfan baru saja menidurkan anaknya yang juga teman sepermainan tiga anak Ana. "Tahu-tahu saya cium asap. Ternyata asalnya dari rumah Mba Ana," kata Irfan.

Seketika api mulai membesar. Irfan berteriak meminta bantuan tetangga yang lain. Tiba-tiba, Irfan mendengar teriakan anak kecil dari kamar depan. Pria berambut panjang ini langsung teringat ketiga anak tetangganya tersebut.

"Saya coba masuk, tapi pintu terkunci, sementara api makin membesar," sambungnya.



Irfan tak kehabisan akal, ia langsung mengambil bambu untuk mendobrak pintu rumah. Namun, terjadi hal yang tak terduga. Motor yang ada di dalam rumah meledak dan membuatnya terpental.

"Kejadiannya cepat sekali. Saya terlempar setelah ada ledakan. Saya tidak bisa berbuat apa-apa," ungkap Irfan yang juga mengalami luka bakar ringan di kedua tangannya.

Setelah ledakan itu, warga semakin ramai datang dan membantu pemadaman. Pemadam Kebakaran (Damkar) Sidoarjo tak sempat datang hingga akhirnya warga berhasil memadamkan api secara swadaya selama kurang lebih 20 menit.

Di saat api mulai mengecil, Ana pulang. Betapa syoknya perempuan 35 tahun ini. Rumahnya ludes, rata dengan tanah, ketiga anaknya pun tewas mengenaskan. Ana tak mampu berkata-kata melihat jenazah ketiga putranya tersebut.

Mengenakan jilbab hitam dan baju biru, Ana bersimpuh di reruntuhan rumahnya. Tepat di kamar depan tempat ketiga putranya bersemayam, Ana membelai jenazah ketiga anaknya sambil bersedu-sedan.

Wakapolres Sidoarjo, Kompol Indra Mardiana, menyatakan masih menyelidiki penyebab kebakaran. Jika dilihat fakta Ana tengah memasak air, bisa saja hal itu menjadi penyebabnya. Hanya saja, Indra menduga hal lain, yaitu arus pendek.

"Melihat titik api, dugaan sementara arus pendek. Namun, kami telah berkoordinasi dengan Puslatfor Polda Jatim untuk memastikannya. Sampai ada hasil itu, kami belum bisa memutuskan," imbuh Indra.



Komandan Pleton PMK Buduran, Ahmad Nurul Huda, menyampaikan pihaknya sedang memadamkan api di PT Tohitindo, Trosobo, ketika rumah Ana terbakar. Pabrik itu mengalami kebakaran hebat sampai membutuhkan empat mobil damkar untuk memadamkannya.

"Kami dapat info itu (kebakaran rumah Ana). Tapi kami juga masih memadamkan api di Trosobo," tukas Huda.

Huda pun memerintahkan satu unit mobil Damkar ke lokasi. Namun, saat tiba di TKP, kondisi api sudah padam.

"Rumah yang terbakar semipermanen sehingga api cepat padam. Kami tengah berkoordinasi dengan polisi untuk memastikan penyebab kebakaran," ucap Huda.

Ketiga putra Ana Istianingsih; M Faris (5), Abdan Sykuro (3), Abdul Rohman (2), tewas dalam kondisi mengemaskan, terlalap api. Saat ditemukan, anak yang paling kecil berada di tempat tidurnya.
Namun, dua anak yang lain Faris dan Abdan ditemukan dalam keadaan berpelukan.

"Setelah padam, saya dan warga lihat anak ketiga (Faris) dan keempat (Abdan) dalam posisi berpelukan," kata Irfan, tetangga korban.

Irfan sempat mencoba membantu mengeluarkan ketiga anak tersebut ketika mendengar teriakan mereka. Namun, motor di dalam rumah meledak tepat saat Irfan mencoba mendobrak pintu rumah yang terkunci.



Kepada SURYA, Irfan menuturkan ketiga anak Ana merupakan teman bermain anaknya. Sosok Ana pun ia nilai sebagai orang yang religius.

"Setiap hari selalu salat di masjid. Kalau anaknya tidur, rumahnya dikunci. Biasa seperti itu. Namun, kejadian ini sungguh tak ada yang menyangka," tuturnya.

Irfan mengungkapkan Ana memiliki lima anak. Anak pertama dan kedua berjenis kelamin perempuan. Keduanya tak berada di rumah tersebut karena oleh orang tuanya di sekolahkan di pesantren. Suaminya bernama Imam Muslimin (40). Saat peristiwa terjadi, suaminya tak ada di rumah.

"Kerja sebagai kuli bangunan di Citraland Surabaya," ujarnya.

Ditemui di pemakaman, baik Ana maupun Imam sama sekali tak berkomentar. Namun, Kepala Desa Suwaluh, Heru Sulthon, menyampaikan kedua pasangan yang dirundung musibah itu telah berkeluh-kesah kepadanya.

Meniru ucapan Ana, Heru mengatakan pihak keluarga telah ikhlas atas kejadian tersebut. Peristiwa ini, lanjutnya, adalah musibah dan ujian bagi keluarga itu.

"Memang disampaikan sambil menangis. Tapi kedua warga saya itu memasrahkan semuanya kepada Sang Pencipta," beber Heru.



Saat ini, baik Ana dan Imam, dievakuasi di rumah saudaranya yang tinggal masih di satu desa. Namun, kedua putrinya yang masih mondok belum diberitahu untuk menghindari hal yang tak diinginkan.

"Keluarga menunggu saat yang tepat untuk menceritakan kepada kedua putrinya iti," pungkasnya.

Related Posts

Tiga Anaknya Tewas Terpanggang Dalam Posisi Berpelukan Saat Ibunya Pergi Salat Zuhur
4/ 5
Oleh